TEORI STRUKTUR FUNGSI
Institusi-institusi dipandang oleh para
ahli sosiologi sebagai analog dengan organ. Struktur-struktur sosial ini
memenuhi kebutuhan utama yang perlu untuk kelanjutan hidup dan pemeliharaan
masyarakat. Sesungguhnya, para ahli sosiologi biasanya mengklasifikasi
institusi menurut fungsi utama yang dijalankannya: institusi perekonomian
difokuskan pada produksi dan distribusi barang dan jasa; institusi keluarga:
pembiakan, sosialisasi, pemeliharaan, dan penempatan anak pada posisi tertentu:
institusi politik: perlindungan warga Negara terhadap warga lain dan terhadap
musuh asing; institusi agama: peningkatan solidaritas dan konsensus nasional;
dan institusi pendidikan: penyampaian warisan budaya dari suatu generasi ke
generasi berikutnya.
Oleh karena para ahli sosiologi dari aliran
pemikiran ini memfokuskan perhatian utama mereka pada struktur-struktur serta
fungsi-fungsinya, maka suut pandangan tersebut dinamakan teori struktur fungsi. Teori ini sangat terkenal pada dasawarsa
1940-an, 1950-an, awal 1960-an, dan dikaitkan dengan para ahli sosiologi seperti
Talcott Parsons (1937; 1951; 1966; 1971), Kingsley Davis (1949), dan Robert K.
Merton (1968).
TEORI KONFLIK
Dalam kehidupan sosial terdapat beberapa hal yang ditetapkan sebagai
“barang” (good) yang langka dan dapat dibagi-bagikan, sehingga semakin banyak
suatu pihak memperoleh barang tersebut, semakin sedikit barang itu tersedia
bagi orang lain. Kekayaan, kekuasaan, status, dan kekuasaan atas wilayah merupakan
contoh mengenai hal ini. Manusia secara khas berusaha untuk lebih banyak
memperoleh apa yang mereka tetapkan sebagai sesuatu yang berharga atau
dikehendaki. Di mana dua kelompok manusia menganggap diri mereka mempunyai hak
khusus dan sah atas hal-hal tertentu yang menyenangkan sehingga masing-masing
hanya dapat mencapai apa yang ditetapkan
Sebagai hasil yang sah dengan cara
merugikan orang lain, maka biasanya terjadi konflik.
Konflik berarti suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas
kekayaan, kekuasaan, status, atau wilayah tempat pihak yang saling berhadapan
bertujuan untuk menetralkan, merugikan, atau pun menyisihkan lawan mereka.
Mungkin pengungkapan yang diajukan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels
di dalam Communist Manifesto (1848)
merupakan pengungkapan yang paling terkenal mengenai suatu pendekatan konflik.
Dalam bahasa yang bernada keras dan jelas mereka menyatakan bahwa cirri utama
kehidupan sosial ialah perjuangan kelas. Menurut Marx dan Engels, kelas yang berkuasa dalam
suatu masyarakat memperoleh posisinya atas dasar pemilikan dan pengendalian
alat produksi (sumber penting bagi manusia untuk memperoleh nafkah mereka).
Melalui mengendalikan alat produksi, kelas yang berkuasa berusaha menempatkan
dirinya di antara orang lain dan sarana yang digunakan orang lain untuk
memenuhi keperluan biologis dan sosialnya. Melalui cara ini
masyarakat peka dan mudah
terpengaruh oleh keinginan dan perintahnya. Kelas berkuasa ini menguasai
seluruh kehidupan moral dan intelektual suatu masyarakat sambil menjadikan
pemerintah, hukum, militer, ilmu pengetahuan, agama dan pendidikan sebagai alat
untuk menanamkan keuasaan serta hak istimewanya.
TEORI PERTUKARAN SOSIAL
Sebagian besar rasa kepuasan kita bersumber
pada tindakan manusia lain. Kepuasan di dalam cinta, rangsangan intelektual,
persahabatan, kebutuhan ekonomi, kesadaran mengenai pertumbuhan perlindungan
terhadap penjahat – semuanya ini dan banyak tujuan lain dalam hidup manusia-
hanya dapat dicapai dengan menggerakan orang lain agar berprilaku tertentu
terhadap kita. Anggapan ini merupakan dasar teori pertukaran sosial . Teori ini berpandangan bahwa manusia
mengatur hubungan dengan orang lain dengan cara semacam membuat pembukuan
mental yang mencatat imbalan, biaya, dan laba.
Menurut teori ini, orang memasuki dan
meneruskan pola interaksi dengan orang lain tertentu oleh karena mereka
menganggap interaksi itu menguntungkan, apa pun yang menjadi alasanya. Tetapi
dalam proses mencari imbalan, orang pasti memikul biaya. Biaya menunjuk pada
pertimbangan negative (kewajiban, kelelahan, kebosanan, kecemasan,
keprihatinan, dan seterusnya) atau pada unsur positif yang dikorbankan dengan jalan tetap meneruskan hubungan.
Keuntungan yang diperoleh dari pertukaran sosial menggambarkan perbedaan antara
imbalan dengan biaya. Beberapa ahli sosiologi melihat tukar-menukar sosial
sebagai suatu teori pilihan rasional oleh karena individu nampak hanya
meneruskan suatu hubungan sepanjang mereka menetapkannya sebagai hal yang lebih
membawa imbalan daripada biaya..
TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIS
Suatu premis dasar sosiologi ialah bahwa
manusia merupakan makhluk social; kita tidak dapat menjadi manusia secara
tersendiri. Hal itu terjadi karena adanya komunikasi yaitu melalui suatu simbol.
Simbol merupakan tindakan atau objek yang secara social telah dianggap mewakili
sesuatu yang lain.
Herbert Mead mengemukakan bahwa manusia
mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain melalui penggunaan
symbol yang dimiliki bersama. Melalui smbol itu, manusia memberikan makna
pada kegiatan mereka; mereka menjelaskan situasi dan menafsirkan
perilaku. Orang membentuk perspektif melalui suatu proses sosial yang di dalamnya mereka saling
menjelaskan sesuatu. Di pihak lain, mereka saling bertindak dan mengubah
tindakan mereka melalui makna yang mempunyai asal-usul sosial.
Menurut Mead, simbol khususnya bahasa,
tidak hanya memungkinkan manusia manusia untuk saling berkomunikasi, tetapi
symbol merupakan alat untuk berpikir. Kita melaksanakan suatu percakapan
interen dengan diri kita sendiri. Kita bercakap-cakap dan menjwab diri kita
sendiri dengan cara yang kira-kira sama dengan cara kita bercakap-cakap dengan
orang lain. Kita misalnya bertanya pada diri kita sendiri : “ Jika saya akan
memperoleh tanggapan tertentu dari orang lain, maka apa yang harus saya lakukan
agar berhasil ?Kita menyapa diri kita sendiri dan menanggapi tegur sapa
tersebut. Melalui cara ini kita mencocokkan tindakan kita dengan tindakan orang
lain, merencanakan, menguji, menunda, dan mengubah perilaku kita sebagai
tanggapan terhadap perilaku mereka.
(Kamanto
Sunarto.1985.Pengantar Sosiologi.Yayasan Obor Mas : Jakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar